Wednesday, March 12, 2008

Kostum Merah Kostum Juara


Tentunya, bagi para pesepakbola, pemberian kartu merah dari sang pengadil adalah hal yang paling dihindari. Maklum, ganjaran kartu merah berarti si pemain mau tak mau harus meninggalkan lapangan pertandingan.

Meski demikian, dalam konteks persepakbolaan di Inggris, warna merah tidak selalu identik dengan bahaya atau hukuman. Justru, warna merah memberikan keuntungan.

Satu riset atau penelitian yang cukup mendalam terkait kostum tim yang bewarna merah menunjukkan tingkat kesuksesan yang lebih banyak dibanding tim-tim yang berkostum selain warna merah, misalnya kuning, putih, atau biru.

Seperti yang dilansir harian The Times Online, penelitian yang dimaksud dilakukan para ilmuwan di Universitas Durham dan Plymouth. Dari hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Sports Sciences itu, respon biologis ’yang mendalam’ dari warna kostum mempengaruhi atau berkaitan dengan unjuk kinerja tim.

Para ilmuwan tersebut melakukan penelitian terhadap hasil-hasil pertandingan di kompetisi persepakbolaan Inggris sejak masa Perang Dunia II. Yang dianalisis adalah bagaimana performa tim saat bertanding di kandang sendiri dengan menggunakan kostum utamanya.

Hasilnya, dari 68 tim yang dianalisis, tim-tim yang mengenakan kostum merah lebih banyak meraih kemenangan saat pertandingan dilangsungkan di kandang sendiri. Sebaliknya, tim-tim yang kostum utamanya—pastinya dipakai ketika bermain di kandang sendiri—di luar warna merah mempunyai rekor terburuk (paling sedikit meraih kemenangan).

Dari penelitian itu pula dapat diketahui, bahwasanya ketika bermain di kandang lawan (away), ketika tim biasanya mengenakan kostum yang bervariasi—di luar kostum utama—faktor kostum yang dikenakan tim tidak menunjukkan (hasil) perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian itu pun memberi kesan tim-tim yang bermain di ajang Olimpiade dengan mengenakan kostum merah lebih sukses.

Pada dasarnya, warna merah lebih kerap dihubungkan dengan tampilan dan agresivitas laki-laki, seperti tingginya kadar testosteron. Karenanya, tanpa disadari, tim-tim yang mengenakan kostum merah kerap dianggap lebih kuat dan mampu mengintimidasi tim-tim lawan. ”Kami mempunyai sejumlah kemungkinan untuk menjelaskan fenomena tersebut,” kata Profesor Robert Barton dari Universitas Durham.

”Pertama, selama ini, para suporter klub lebih tertarik dengan klub-klub yang biasanya memakai kostum merah sebagai kostum utamanya. Kedua, ada dorongan psikologis positif dengan memakai kostum warna merah yang direfleksikan (ditunjukkan) dengan kinerja tim di lapangan. Menghadapi tim-tim berkostum merah bisa jadi merusak (menurunkan) performa tim-tim lawan,” terang Barton.

Setidaknya, hasil penelitian Barton dkk itu punya korelasi dengan apa yang terjadi dalam persepakbolaan Liga Premier. Dari empat tim elite (big four) tiga tim di antaranya mengenakan kostum kebesarannya (utama) bewarna merah. Yaitu, Arsenal, Manchester United, dan Liverpool. Jadi musim ini milik The Gunners atau The Red Devils?